The Truth Seeker Media

Rabu, 06 Juni 2012

Kuliner Karnivor #1


Satu lagi nyawa melayang, mayatnya tergeletak dengan kepala & badan terpisah. Munurut informasi, sang mayat mati karena gorokan & tikaman tepat di saluran pernapasan pada batang lehernya. Bau anyir darah merah menyebar cepat dengan radius 2-3 kaki. Keterlaluan! Tak ada satu pun yang menolong atau mencoba untuk itu. Padahal mayat itu masih menggelepar sebelum kepala & lehernya benar-benar terpisah. Bahkan baru beberapa gorokan pun empunya tubuh melang tersebut kejang-kejang tak karuan. Memberontak sekuatnya. Menuntut haknya untuk menikmati udara secara cuma-cuma. Tapi apa daya? Persetan dengan kelembutan. Semua harus mampus dibantai. Terlihat leher-leher yang masih lugu telah bersiap dalam antrian untuk selanjutnya ditebas.
 
Lalu prosesi dilanjutkan dengan menguliti tubuh-tubuh yang sudah tidak berkepala. Setelah benar-benar yakin bahwa belati tertancap dileher, garis lurus ditarik membelah rongga dada & perut hingga ruas-ruasnya telihat begitu trasnparan. Terus ditarik hingga sebatas kemaluan. Kulitnya terkelupas menganga terpisah dari daging segar nan kaya serat. Garis-garis urat membentuk jalurnya sendiri secara teratur, pun otot-otot penyangga badan juga terlihat pekat merekat. Kulit lengan & kaki selanjutnya mendapat perlakuan yang sama dikelupas dari tempat semestinya. Langkah pertama yang diambil ialah robek semua pergelangan lalu iris vertikal ke arah dalam. Sampai semua irisan bertemu dalam satu titik. Saat itulah upacara menguliti selesai. Mayat sudah telanjang bulat tanpa kepala & tanpa kulit.

Pesta tak berakhir hanya sebatas momen itu. Karena mutilasi adalah kegiatan selanjutnya. Benar, mutilasi. Proses potong-memotong organ tubuh yang utuh menjadi bagian-bagian kecil akan terhampar dalam ruang pembantaian ini. Jika ketajaman belati mentok oleh tulang kering, maka golok siap menyelesaikannya. 2-3 kali hantaman cukup untuk membongkar keabsolutan tulang-tulang kering.  Bermula dari tulang-tulang penyangga seperti lutut, siku, sampai ke pangkal paha semua akan terlepas. Lalu setelah itu akan lebih brutal lagi, sebab organ-organ dalam dipaksa keluar menuju penampungan. Tulang rusuk menghadang akan dengan cepat dihujam sampai benar-benar tercipta sebuah jalan. Jalan dimana seperangkat jantung atau hati atau paru atau ginjal bisa lepas dari bongkahan mayat tak berharga itu. Tak lupa pula daging-daging pembalut tulang diiris dengan sekali sayat.

Usus pun teburai, tercerai-berai, lalu darah seperti tidak punya niatan untuk berhenti mengalir dari syaraf-syaraf sobek. Kantong pencernaan yang berisi beragam kotoran & tinja lantas dipotong dari usus, dikubur dalam-dalam agar barang bukti tak ketahuan. Alat vital berupa penis lengkap dengan biji zakar disayat dari tubuh yang sudah tak berbentuk. Absurd. Tubuh yang semula utuh kini menjadi bongkahan-bongkahan menggumpal.

Batok kepala yang telah terpisah kini mendapat giliran untuk segera diproses. Terlihat raut wajah kepala itu meriwayatkan ekspresi shock bukan main karena dengan tiba-tiba lehernya ditebas tanpa sempat untuk berbuat apa-apa. Beberapa jama sebelum nyawanya melayang ia masih sempat memikirkan istri beserta anaknya. Betapa rindu di kalbu membuat hatinya pilu. Kini, jangankan hati, semua organ yang terpetakan dalam anatomi sudah tak bisa lagi ia rasa. Tak kan pernah lagi ia merasa gatal, kepanasan, tidak juga bisa masturbasi atau bersenggama di rerumputan. Semua nonsense! Karena ia kini hanya sebatok kepala & sebentar lagi bukan apa-apa.


Benar saja, tanpa aba-aba atau hitungan mundur kepala itu dibelah. Otak yang bercecer dikumpulkan dalam satu wadah. Kedua bola mata dicongkel secara paksa. Lidah yang tertanam nyaman di rongga mulut dipotong secara kasar. Telinga juga demikian serta hidung tak ketinggalan. Bercak-bercak darah kini bercampur dengan cairan bening seperti getah. Entah, mungkin semacam pelumas otak atau bisa jadi kelenjar ludah yang tumpah. Yang pasti kepala tersebut kini tanpa identitas, hanya sebatas tengkorak yang terbelah.
Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar