Kelamat Alidea merupakan manifestasi imajiner dari berbagai hal yang secara tidak langsung membentuk halaman publik ini. Kelamat Alidea bukan lembaga profit apalagi lembaga kepemerintahan, Kelamat Alidea murni satu bar pemikiran.
Sabtu, 19 Januari 2013
Keras itu Romantis
Slipknot - Snuff
Share
Demikian, selantunan lagu dari koloni minor yang teridentifikasi ke-shahihan bengal nan disiden namun patut juga diduga mempunyai tendensi populer ini memiliki nuansa yang tak kalah puitis, dramatis bahkan galaktika dengan lagu-lagu murah kelas industri mainstream yang keterlaluan manis.
Simbiosis
Kita belum juga bertemu. Seperti ada sekat, namun begitu dekat,
sebab kutahu denyut jantungku adalah jantungmu. Begitu mengerjap, begitu
rindu ini berdebu seolah kita dalam sekotak nanar yang berisi mesiu.
Siap untuk meledak, membombardir, memporak-porandakan semua gejala gila
dalam otak. Kita adalah simbiosis. Kita adalah simbiosis. Kitalah
simbiosis itu, Ibu.
Hari ke-23, Bulan Penghujan, Tahun Praduga |
Namun Jangan Katakan Aku Seorang Vegan!
Bukan menyoal karena menghargai sebuah nyawa, atau biar dikata
seorang aktivis lingkungan. Tapi memang segala jenis konsepsi kingdom
animalia kini tak pernah lagi masuk ke dalam daftar menu yang ku makan.
Secara sederhana kuungkapkan bahwa, aku tak makan daging. Namun jangan
katakan aku seorang vegan. Bukan! Para vegetarian punya prinsip-prinsip
yang fundamental untuk tetap istiqomah berada di jalannya sebagai
seoarang vegetarian. Dan aku tak pernah memperdulikan itu. Aku tak
pernah sempat mencari-cari tahu pun bahkan punya niatan untuk itu,
membangun pembenaran untuk sesuatu yang kulakukan.
Namun nun jauh dalam diriku, aku berharap akan sesuatu
dengan apa yang kulakukan. Dan kurasa serta kuyakini sampai sekarang
bahwasanya mempunyai harapan bukanlah sebuah dosa besar.Tampaknya tak
salah juga jika aku cuma berharap agar bisa lebih tertib dan berharap
bisa mengeleminir semua sisi hewani dalam diri. Aku berharap bisa lebih
membumi. Aku berharap bisa sedikit lebih manusiawi. Seperti itu. Bukan
menyoal karena menghargai sebuah nyawa, atau biar dikata seorang aktivis
lingkungan. Tapi memang segala jenis konsepsi kingdom animalia kini tak
pernah lagi masuk ke dalam daftar menu yang ku makan. Secara sederhana
kuungkapkan bahwa, aku tak makan daging. Namun jangan katakan aku
seorang vegan. Bukan!
Share
Rabu, 09 Januari 2013
Berserba Anonim
Commando Steve |
Kala
itu malam di Bontang, mungkin malam yang ke-48 semenjak bersisepi dengan
huru-hara antara pikiran dan perasaan. Terlalu membanci dan manusiawi. Namun apa
mau dikata? Ya, sebegitu itulah. Niat awal adalah membunuh nelangsa dengan
diam. Lalu akhirnya pergi ke tanah seberang, jauh dari polusi udara serta
polusi manusia praksis dan pragmatis Ibu Kota. Serta jauh juga darimu Mayku sayang.
Namun, Dan ternyata, hal demikian
terlalu indah untuk segera dihabiskan. Terlalu menyenangkan, meski kebahagiaan
didapat menyusul belakangan, wahai Zahraku! Sungguh, kesendirian sungguh indah
jika kita telah terlalu begah dengan kesemerawutan yang benar-benar
mengendalikan. Jangan sampai keruwetan itu mengendalikan! Jangan pernah!
Lalu
entah dari mana datangnya ketika keintiman dengan muram mencapai puncak
keromantisannya, tiba-tiba telepon genggam yang tidak pernah belajar itu bisa
kedatangan tamu tak diundang berupa dernyit pertanda pesan singkat yang
bisa-bisanya masuk ke dalam kotak simbol hegemoni silaturahmi itu secara gaib. Tanpa
nama, cuma nomer yang tak familiar +6283863008318, serta beberapa bait syair. Syair yang tak kan
pernah bisa dimengerti oleh seseorang yang tak kan pernah dikenal.
Jangan angggap diriku kalah, karena aku
mengalah..
Bukan berarti aku kalah..
Di balik kelembutanku tersimpan beribu duri..
Kapan saja bisa menyakiti..
Jika ada yang mengusik dini hari..
Karena akulah “SANG MAWAR BERDURI”..
Jika kau tak bisa menghargai..
Maka kau akan tahu, betapa jahatnya diriku ini..
Sang mawar takkan melukai..
Jika kau perlakukan dengan hati..
Tapi jika kau perlakukan dengan seenaknya hati..
Maka kau akan terluka oleh duri yang melindungi..
04-Januari-13 19:21
Lalu
apa? Entah! Kata-kata secure tersebut
tak mungkin firman Tuhan Yang Maha Tuhan. Tak mungkin pula sabda-sabda suci Sang
Manusia Sempurna, lantas apa? Bergelumut pertanyaan-pertanyaan sumbang menari dalam
kepala yang tak jelas apa isinya. Semua terhijab. Tertutup kabut yang begitu
lebat seperti jembut yang menutupi kantong amunisi penciptaan manusia. Harus dinilai
bagaimana? Seorang Putu Wijaya atau Seno Gumira Ajidarma pun tak pantas rasanya
membedah huruf-huruf mati itu menjadi sebuah kontes pembenaran dan teori
leksikal argumentatif. Apalagi jika harus menilai. Agaknya tulisan yang
dipandang jalang itu mempunyai hidupnya sendiri. Tanpa apa-apa.
Share
Langganan:
Postingan (Atom)